iii

Puji-puji tentang rumput yang disapa oleh kado kiriman dari langit, pipa-pipa di ujung atap rumah yang diminta bernyanyi riuh bersama anak-anak awan, rambut-rambut yang basah setelah dirangkul tanpa jeda oleh malaikat dari angkasa yang mengharap pertemuan dengan Dewi Bumi. Ruang-ruang di antara rusukku kini dihias dengan krisan dan bakung tempat kupu-kupu bermain hompimpa sehabis gilirannya kilat dan gemuruh.

Setelahnya,

diam-diam kukirim doa dan salam paling bersahaja untuk Sapardi Djoko Damono dan Cholil Mahmud yang telah berkisah tentang hujan yang sentimentil di bulan Juni dan Desember.


 

ii

Di udara kita menyaksikan salam-salam berbungkus kertas kado keemasan beterbangan—sayapnya dari gula-gula kapas yang menguar dari uap bibirmu saat mengeja gramatika tentang utopia pada turun salju sebelum subuh—menunggu disambut tangan-tangan gadis yang ruang-ruang di antara rusuknya berisi harap-harap yang kekal mengendap.

Continue reading “ii”