ii

Di udara kita menyaksikan salam-salam berbungkus kertas kado keemasan beterbangan—sayapnya dari gula-gula kapas yang menguar dari uap bibirmu saat mengeja gramatika tentang utopia pada turun salju sebelum subuh—menunggu disambut tangan-tangan gadis yang ruang-ruang di antara rusuknya berisi harap-harap yang kekal mengendap.

Continue reading “ii”