i

Ruang-ruang di antara rusukku berisi: harap-harap yang mengendap lalu nyanyar dikonsumsi segala detik yang berulang; ketika ragam melankoli semakin padu dengan sesendok teh saja rindu yang ditampik hingga ruah bersama debu-debu udara.

Yang dicari adalah jejak-jejak grafit yang mengering lalu ditiupkan nyawa kepadanya hingga semesta kini bernafas di genggaman tanganku. Terima kasih, kubilang diam-diam pada yang merapikan aksara-aksara hingga bisa kurapalkan jagat raya di baliknya. Kata-kata yang dikirim dari surga beserta kisah-kisah yang lahir dari kuntum casablanca kemudian sampai hati kucuri dan kubuat sebagai hiasan kamar, bersebelahan dengan ruang-ruang di antara rusukku. Helai-helai yang disari dari hutan mapledi Kyoto saat musim gugur menjadi rumah bagi frasa-frasa yang diterbangkan dari negeri dongeng, jatuh di atas sungai-sungai berisi tinta biru gelap yang bermuara ke hilirnya lelaki-lelaki picisan.

Sampai menit-menit yang disekresi menjadikan ruang-ruang di antara rusukku kini dihujani fantasi, ada mayapada dengan kuda-kuda sembrani seperti utopia, lantas yang menguar tinggal aroma kembang kenanga lalu lega.

Ruang-ruang di antara rusukku mengaduh, mengeja kesah, menggaungkan banyak seandainya, memepat doa-doa tentang pertemuan.

Tapi tidak lagi.


 

Leave a Reply